Header AD

HANCUR, MENPORA TERLIBAT KASUS KORUPSI

HANCUR, MENPORA TERLIBAT KASUS KORUPSI






W77ASIA - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan tersangka baru untuk kasus Dana Hibah KONI. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi ditetapkan sebagai tersangka setelah ia diduga menerima hadiah atau janji kasus suap dana hibah tahun anggaran 2018, dengan nilai Rp 14,7 miliar.

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menetapkan tersangka baru untuk kasus Dana Hibah KONI. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi ditetapkan sebagai tersangka setelah ia diduga menerima hadiah atau janji kasus suap dana hibah tahun anggaran 2018, dengan nilai Rp 14,7 miliar.

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengatakan, KPK mendapatkan bukti permulaan yang cukup dugaan keterlibatan Imam Nahrawi dalam kasus ini. KPK menduga uang suap itu digunakan untuk kepentingan pribadi Imam.

“Dalam penyidikan tersebut ditetapkan 2 orang tersangka yaitu IMR (Imam Nahrawi) dan asisten pribadi MIU,” ujar Alexander dalam konferensi pers di KPK, Jakarta Selatan, Rabu (18/9).

Miftahul Ulum sendiri sudah ditahan oleh lembaga antirasuah pada pekan lalu, Rabu 13 September 2019. Sedangkan Menpora Imam masih belum dilakukan penahanan.

Atas perbuatannya, Imam dan Ulum diduga melanggar pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 12 B atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Dalam sidang di Pengadilan Negeri Tipikor Jakarta Pusat, Kamis (12/9), hakim menjelaskan KONI mengajukan proposal. Namun, proposal itu tidak disetujui oleh Deputi IV Kemenpora, Mulyana dan tim verifikasi. Hal itu karena dana itu digunakan di tahun 2019, sementara proposal diajukan di tahun yang sama.

Mulyana dan staf Kemenpora Adhi Purnomo akhirnya memerintahkan Sekjen KONI Ending Fuad Hamidy untuk berkomunikasi dengan asisten pribadi Menpora Imam Nahrawi, Miftahul Ulum. Hal itu bertujuan untuk mempercepat proses pencairan dana hibah.

(KPK) menetapkan tersangka baru untuk kasus Dana Hibah KONI. Menteri Pemuda dan Olahraga Imam Nahrawi ditetapkan sebagai tersangka setelah ia diduga menerima hadiah atau janji kasus suap dana hibah tahun anggaran 2018, dengan nilai Rp 14,7 miliar.

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata mengatakan, KPK mendapatkan bukti permulaan yang cukup dugaan keterlibatan Imam Nahrawi dalam kasus ini. KPK menduga uang suap itu digunakan untuk kepentingan pribadi Imam.

“Dalam penyidikan tersebut ditetapkan 2 orang tersangka yaitu IMR (Imam Nahrawi) dan asisten pribadi MIU,” ujar Alexander dalam konferensi pers di KPK, Jakarta Selatan, Rabu (18/9).

Miftahul Ulum sendiri sudah ditahan oleh lembaga antirasuah pada pekan lalu, Rabu 13 September 2019. Sedangkan Menpora Imam masih belum dilakukan penahanan.

Atas perbuatannya, Imam dan Ulum diduga melanggar pasal 12 huruf a atau huruf b atau Pasal 12 B atau Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 jo. Pasal 64 ayat (1) KUHP.

Dalam sidang di Pengadilan Negeri Tipikor Jakarta Pusat, Kamis (12/9), hakim menjelaskan KONI mengajukan proposal. Namun, proposal itu tidak disetujui oleh Deputi IV Kemenpora, Mulyana dan tim verifikasi. Hal itu karena dana itu digunakan di tahun 2019, sementara proposal diajukan di tahun yang sama.

Mulyana dan staf Kemenpora Adhi Purnomo akhirnya memerintahkan Sekjen KONI Ending Fuad Hamidy untuk berkomunikasi dengan asisten pribadi Menpora Imam Nahrawi, Miftahul Ulum. Hal itu bertujuan untuk mempercepat proses pencairan dana hibah.



BACA JUGA : 


NIKITA MIRZANI DAN PAMELA SALING REMAS
BACA BERITA BOLA TERBARU DISINI





CLICK GAMBAR UNTUK BERMAIN DAN DAPATKAN BONUS NEW MEMBER ! 

HANCUR, MENPORA TERLIBAT KASUS KORUPSI HANCUR, MENPORA TERLIBAT KASUS KORUPSI Reviewed by W77ASIA on September 18, 2019 Rating: 5

Tidak ada komentar

Post AD

home ads